a:hover {background-image: url(https://lh6.googleusercontent.com/-AlOJLqdQbgM/TX8PrNRSMsI/AAAAAAAAAaY/qJhxSdh5tfE/s1600/stars.gif);} SMP N 5 PATI: Persiapkan Karir Sejak Dini ( Siti Annisa M. _25 )

Newest Post

// Posted by :Unknown // On :Rabu, 20 Februari 2013

PERSIAPKAN KARIR SEJAK DINI

Pekaerjaan (occupation, vocation, carer) merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun mereka berada. Betapa orang akan merasa sangat susah dan gelisah jika tidak memiliki pekerjaan yang jelas, apalagi kalau sampai menjadi pengangguran. Demikian pula banyak orang mengalami stres dan frustasi dalam hidup ini karena masalah pekerjaan. Penelitian Levinson (dalam Isaacson, 1985) menunjukan bahwa komponen terpenting dari kehidupan manusia dewasa adalah (1) keluarga, (2) pekerjaan. Dua komponen tersebut sangat menentukan kebahagiyaan hidup manusia, sehingga tidak mengherankan jika masalah pekerjaan dan keluarga praktis menyita seluruh perhatian, energi dan waktu orang dewasa.
Menurut Herr dan Cramer (dalam Isaacson, 1985) pekerjaan memiliki peran yang sangat besar dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, terutama kehidupan ekonomis, social, dan psikologis. Secara ekonomi orang yang bekerja akan memperoleh penghasilan/uang yang bias digunakan untuk membeli barang dan jasa guna mencukupi kebutuhan hidup sehari – hari. Secara social orang yang memiliki pekerjaan akn dihargai oleh masyarakat daripada orang yang menganggur. Secara social orang yang bekerja mendapat status social yang lebih terhormat daripada yang tidak bekerja. Lebih jauh lagi orang yang memiliki pekerjaan secara psikologis akan meningkatkan harga diri dan kompetesi diri. Pekerjaan juga dapat menjadi wahana yang subur untuk mengaktualisasikan segala potensi yang dimiliki individu.
Pekerjaan tidak sertamerta merupakan karier. Kata pekerjaan (work, job,employment) menunjukan pada setiap kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa (Isaacson, 1985); sedangkan kata karier (career) lebih menunjukan pada pekerjaan atau jabatan yang ditekuni dan diyakini sebagai pengalihan hidup, yang meresapi seluruh alam pikiran dan perasaan seseorang, serta mewarnai seluruh gaya hidupnya (Winkel, 1991). Maka dari itu pemilihan karier lebih memrlukan persiapan dan perencanaan yang matang dari pada kalau sekedar mendapat pekerjaan yang sifatnya sementara waktu

Mengingat betapa pentingnya masalah karier dalam kehidupan manusia, maka sejak dini anak perlu dipersiapakn dan dibantu untuk merencanakan hari depan yang lebih cerah, dengan cara memberikan pendidikan dan bimbingan karier yang berkelanjutan.
TAHAPAN PERKEMBANGAN KARIR
Menurut Ginzberg, Axelrad, dan Herma (1951) perkembangan karier dibagi menjadi 3 tahpan pokok, yaitu
  1. Tahap Fantasi : 0 – 11 tahun (masa sekolah dasar)
  2. Tahap Tentatif : 12 – 18 tahun (masa sekolah menengah)
  3. Tahap Realistis : 19 – 25 tahun (masa perguruan tinggi)
Pada tahp Fantasi anak sering kali menyebut cita – cita meraka kalau sudah besar, misalnya ingin menjadi dokter, ingin manjadi petani, Pilot, polisi, guru, tentara, dll. Mereka juga senang bermain peran (misalnya bermain dokter-dokteran, bermain jadi guru, bermain jadi polisi, dll ) sesuai dengan peran yang mereka lihat dilingkungan mereka. Jabatan atau pekerjaan ayng mereka inginkan atau atau perankan pada umumnya masih sangat dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya dari TV, video, majalah, atau tontonan maupun tokoh-tokoh yang pernah melintas dalam kehidupan mereka. Maka tidak mengherankan jika pekerjaan atau jabatan yang meraka sebut masih jauh masih jauh dari pertimabangan rasional maupun moral. Mereka memeng sala sebut saja pekerjaan yang dirasa menarik saat itu. Dalam hal ini orang tua dan pendidik tidak perlu cemas atau pun gelisah jika suatu ketika nak ternyata menyebut dan menginginkan pekerjaan yang jauh dari harapan orang tua ataupun paendidik. Dalam tahap ini anak belum mampu memilih jenis pekerjaan/jabatan secara rasianol atau obyektif, karena mereka belum mengetahui bakat, minat, dan potensi mereka yang sebenarnya. Mereka sekedar berfantasi saja secara bebas, yang sifatnya sama sekali tidak mengikat.
Tahap Tentatif dibagi menjadi 4 (empat) sub tahp, yakni : (1) sub tahap Minat (Interest); (2) sub tahap Kapasitas (capasity); (3) sub tahap Nilai (Valuse) dan (4) sub tahap Transisi (Transition). Pada tahap tentative anak mulai menyadari bahwa mereka memiliki minat dan kemampuan yang berbeda satu sama lain. Ada yang lebih berminat di bidang seni, sedangkan yang lain lebih berminat di bidang olah raga. Dengan juga mereka mulai sadar bahwa kemempuan mereka juga berbeda satu sama lain. Ada yang lebih mampu dalam bidang matemetika, sedangkan yang lain dalam bidang bahasa, atau lain lagi bidang olah raga. Pada sub tahap Minat (11 – 12 tahun ) anak cenderung melakukan pekerjaan-pekerjaan atau kegiatan-kegiatan hanya yang sesuai dengan minat dan kesukaan mereka saja; sedangkan pada sub tahp kapasitas/kemampuan (13 – 14 tahun) anak mulai melakukan pekerjaan/kegiatan didasarkan pada kemempuan masing-masing, disamping minat dan kesukaannya. Selanjutnya pada sub tahap nilai (15 – 16 tahun) anak sudah bias membedakan mana kegiatan /pekerjaan yang dihargai oleh masyarakat, dan mana yang kurang dihargai; sedangkan pada sub tahap Transisi (17 -18 tahun) anak sudah mampu memikirkan atau “merencanakan” karier mereka berdasarkan minat, kemempuan dan nilai-nilai yang ingin diperjuangkan.
Pada usia perguruan tinggi (18 tahun keatas) remaja memasuki tahap realistis, di mana mereka sudah mengenal secara lebih baihbaik minat-minat, kemampuan dan nilai0nilai yang ingin dikejar. Lebih lagi, mereka juga sudah lebih menyadari berbagai bidang pekerjaan dengan segala konsekuensi dan tuntutanya masing-masing. Oleh sebab itu pada tahap realistis seorang remaja sudah mampu membuat perencanaan karier secara lebih rasional dan obyektif. Tahap dibagi menjadi 3 (tiga) sub tahap, yakni sub-sub tahap (1) eksplorasi (exploration), (2) kristalisasi (chystallization), dan (3) spesifikasi/penentuan (specification)
Pada sub tahap eksplorasi umumnya remaja mulai menerapkan pilihan-pilihan yang dipikirkan pada tahap tentative akhir. Mereka menimbang-nimbang beberapa kemungkinan pekerjaan yang mereka anggap sesuai dengan bakat, minat, serta nilai-nilai mereka, namun mereka belum beranu mengambil keputusan tenteng pekerjaan mana yang paling tepet. Dalam hal ini termasuk didalamnya masalah memilih sekolah lanjutan yang sekiranya sejalan dengan karier yang akan mereka tekuni. Pada sub tahap berikutnya, yakni tahap kristalisasi, remaja mulai merasa mantap dengan pekerjaan/karier tertentu. Berkat pergaulan yang lebih luas dan kesadaran diri yanh lebih mendalam, serta pengetahuan akan duni kerja yang lebih luas, maka remaja makin terarah pada karier tertentu meskipun belum mengambil keputusan final. Akhirnya, pada sub tahap spesifikasi remaja sudah mampu mengambil keputusan yang jelas tenteng karier yang akan dipilihny
Dalam buku revisinya Ginzberg dkk (1972) menegaskan bahwa proses pilihan karier itu terjadi sepanjang hidup manusia, artinya bahwa suatu ketika dimungkinkan orang berubah pikiran. Hal ini berarti bahwa pilihan karier tidaklah terjadi sekali saja dalam hidup manusia. Disamping itu Ginzberg juga menyadari peluang/kesempatan memegang peranan penting. Meskipun seorang remaja sudah menentukan pilihan kariernya berdasarkan minat, bakat, dan nilai yang ia yakini, tetapi kalau peluang/kesempatan untuk bekerja dalam bidang itu tertutup karena ‘tidak ada lowongan”, maka karier yang dicita-citakan akhirnya tidak biasa terwujud.
Tokoh lain yang banyak membahas masalah perkembangan karier adalah Donal Super. Ia menulis banyak buku yang berkaitan dengan perkembangan karier. Beberapa diantaranya adalah; The Psychology of career (1957), dan Career and live development (1984). Ia juga menyusun beberapa tes untuk menilai tingkat kematangan vokasional, a.l: Carrar development Inventory, Career maturity test, dan Vocational maturity test.
Menurut Super perkembangan karier manusia dibagi menjadi 5 (lima) fase, yaitu
1) Fase pengembangan (growth) yang meliputi masa kecil sampai usia 15 tahun. Dalam fase ini anak mengembangkan bakat-bakat, minat kebutuhan, dan potensi yang akhirnya dipadukan dalam struktur konsep diri (self-consept structure)
2) Fase eksplorasi (exsploration) antara umur 16-24 tahun, dimana saat ini remaja mulai memikirkan beberapa alternative pekerjaan tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat.
3) Fase pemantaban (establishment), antara umur 25-44 tahun. Pada fase ini remaja sudah memilih karier tertentu dan mendapatkan berbagai pengalaman positif maupun negative dari pekerjaanya. Dengan pengalaman yang diperoleh ia lalu bisa menentukan apakah ia akan terus dengan karier yang telah ia jalani atau berubah haluan.
4) Fase pembinaan (maintenance) antara umur 44-65 tahun, dimana orang sudah mantab dengan pekerjaanya dan memeliharanya agar dia bertekun samapi akhir.
5) Fase kemunduran (decline), masa sesudah pensiun atau melepas jabatan tertentu. Dalam fase ini orang membebaskan diri dari dunia kerja formal.
Paparan dua tokoh diatas, Ginzberg dan Donal Super, memberi petunjuk yang jelas bagi kita bahwa karier adalah permasalahn sepanjang hidup. Maka ada pepatah mengatakan bahwa karier itu merupakan persoalan sejak lahir sampai mati “from the birth unto death” atau “from the womb to tomb” (dari kandungan sampai kuburan). Sekarang sampailah pada persoalan pokok, yakni membantu anak-anak untuk sejak dini merencanakan karier mereka di masa depan.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

// Copyright © SMP N 5 PATI //Anime-Note//Powered by Blogger // Designed by Johanes Djogan //