Newest Post
// Posted by :Unknown
// On :Rabu, 20 Februari 2013
PERSIAPKAN KARIR SEJAK DINI
Pekaerjaan (occupation, vocation,
carer) merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia
dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun mereka berada. Betapa orang
akan merasa sangat susah dan gelisah jika tidak memiliki pekerjaan yang
jelas, apalagi kalau sampai menjadi pengangguran. Demikian pula banyak
orang mengalami stres dan frustasi dalam hidup ini karena masalah
pekerjaan. Penelitian Levinson (dalam Isaacson, 1985) menunjukan bahwa
komponen terpenting dari kehidupan manusia dewasa adalah (1) keluarga,
(2) pekerjaan. Dua komponen tersebut sangat menentukan kebahagiyaan
hidup manusia, sehingga tidak mengherankan jika masalah pekerjaan dan
keluarga praktis menyita seluruh perhatian, energi dan waktu orang
dewasa.
Menurut Herr dan Cramer (dalam Isaacson,
1985) pekerjaan memiliki peran yang sangat besar dalam memenuhi
kebutuhan hidup manusia, terutama kehidupan ekonomis, social, dan
psikologis. Secara ekonomi orang yang bekerja akan memperoleh
penghasilan/uang yang bias digunakan untuk membeli barang dan jasa guna
mencukupi kebutuhan hidup sehari – hari. Secara social orang yang
memiliki pekerjaan akn dihargai oleh masyarakat daripada orang yang
menganggur. Secara social orang yang bekerja mendapat status social yang
lebih terhormat daripada yang tidak bekerja. Lebih jauh lagi orang yang
memiliki pekerjaan secara psikologis akan meningkatkan harga diri dan
kompetesi diri. Pekerjaan juga dapat menjadi wahana yang subur untuk
mengaktualisasikan segala potensi yang dimiliki individu.
Pekerjaan tidak sertamerta merupakan
karier. Kata pekerjaan (work, job,employment) menunjukan pada setiap
kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa (Isaacson, 1985); sedangkan
kata karier (career) lebih menunjukan pada pekerjaan atau jabatan yang
ditekuni dan diyakini sebagai pengalihan hidup, yang meresapi seluruh
alam pikiran dan perasaan seseorang, serta mewarnai seluruh gaya
hidupnya (Winkel, 1991). Maka dari itu pemilihan karier lebih memrlukan
persiapan dan perencanaan yang matang dari pada kalau sekedar mendapat
pekerjaan yang sifatnya sementara waktu
Mengingat betapa pentingnya masalah
karier dalam kehidupan manusia, maka sejak dini anak perlu dipersiapakn
dan dibantu untuk merencanakan hari depan yang lebih cerah, dengan cara
memberikan pendidikan dan bimbingan karier yang berkelanjutan.
TAHAPAN PERKEMBANGAN KARIR
Menurut Ginzberg, Axelrad, dan Herma (1951) perkembangan karier dibagi menjadi 3 tahpan pokok, yaitu
- Tahap Fantasi : 0 – 11 tahun (masa sekolah dasar)
- Tahap Tentatif : 12 – 18 tahun (masa sekolah menengah)
- Tahap Realistis : 19 – 25 tahun (masa perguruan tinggi)
Pada tahp Fantasi anak sering kali
menyebut cita – cita meraka kalau sudah besar, misalnya ingin menjadi
dokter, ingin manjadi petani, Pilot, polisi, guru, tentara, dll. Mereka
juga senang bermain peran (misalnya bermain dokter-dokteran, bermain
jadi guru, bermain jadi polisi, dll ) sesuai dengan peran yang mereka
lihat dilingkungan mereka. Jabatan atau pekerjaan ayng mereka inginkan
atau atau perankan pada umumnya masih sangat dipengaruhi oleh
lingkungan, misalnya dari TV, video, majalah, atau tontonan maupun
tokoh-tokoh yang pernah melintas dalam kehidupan mereka. Maka tidak
mengherankan jika pekerjaan atau jabatan yang meraka sebut masih jauh
masih jauh dari pertimabangan rasional maupun moral. Mereka memeng sala
sebut saja pekerjaan yang dirasa menarik saat itu. Dalam hal ini orang
tua dan pendidik tidak perlu cemas atau pun gelisah jika suatu ketika
nak ternyata menyebut dan menginginkan pekerjaan yang jauh dari harapan
orang tua ataupun paendidik. Dalam tahap ini anak belum mampu memilih
jenis pekerjaan/jabatan secara rasianol atau obyektif, karena mereka
belum mengetahui bakat, minat, dan potensi mereka yang sebenarnya.
Mereka sekedar berfantasi saja secara bebas, yang sifatnya sama sekali
tidak mengikat.
Tahap Tentatif dibagi menjadi 4 (empat)
sub tahp, yakni : (1) sub tahap Minat (Interest); (2) sub tahap
Kapasitas (capasity); (3) sub tahap Nilai (Valuse) dan (4) sub tahap
Transisi (Transition). Pada tahap tentative anak mulai menyadari bahwa
mereka memiliki minat dan kemampuan yang berbeda satu sama lain. Ada
yang lebih berminat di bidang seni, sedangkan yang lain lebih berminat
di bidang olah raga. Dengan juga mereka mulai sadar bahwa kemempuan
mereka juga berbeda satu sama lain. Ada yang lebih mampu dalam bidang
matemetika, sedangkan yang lain dalam bidang bahasa, atau lain lagi
bidang olah raga. Pada sub tahap Minat (11 – 12 tahun ) anak cenderung
melakukan pekerjaan-pekerjaan atau kegiatan-kegiatan hanya yang sesuai
dengan minat dan kesukaan mereka saja; sedangkan pada sub tahp
kapasitas/kemampuan (13 – 14 tahun) anak mulai melakukan
pekerjaan/kegiatan didasarkan pada kemempuan masing-masing, disamping
minat dan kesukaannya. Selanjutnya pada sub tahap nilai (15 – 16 tahun)
anak sudah bias membedakan mana kegiatan /pekerjaan yang dihargai oleh
masyarakat, dan mana yang kurang dihargai; sedangkan pada sub tahap
Transisi (17 -18 tahun) anak sudah mampu memikirkan atau “merencanakan”
karier mereka berdasarkan minat, kemempuan dan nilai-nilai yang ingin
diperjuangkan.
Pada usia perguruan tinggi (18 tahun
keatas) remaja memasuki tahap realistis, di mana mereka sudah mengenal
secara lebih baihbaik minat-minat, kemampuan dan nilai0nilai yang ingin
dikejar. Lebih lagi, mereka juga sudah lebih menyadari berbagai bidang
pekerjaan dengan segala konsekuensi dan tuntutanya masing-masing. Oleh
sebab itu pada tahap realistis seorang remaja sudah mampu membuat
perencanaan karier secara lebih rasional dan obyektif. Tahap dibagi
menjadi 3 (tiga) sub tahap, yakni sub-sub tahap (1) eksplorasi
(exploration), (2) kristalisasi (chystallization), dan (3)
spesifikasi/penentuan (specification)
Pada sub tahap eksplorasi umumnya remaja
mulai menerapkan pilihan-pilihan yang dipikirkan pada tahap tentative
akhir. Mereka menimbang-nimbang beberapa kemungkinan pekerjaan yang
mereka anggap sesuai dengan bakat, minat, serta nilai-nilai mereka,
namun mereka belum beranu mengambil keputusan tenteng pekerjaan mana
yang paling tepet. Dalam hal ini termasuk didalamnya masalah memilih
sekolah lanjutan yang sekiranya sejalan dengan karier yang akan mereka
tekuni. Pada sub tahap berikutnya, yakni tahap kristalisasi, remaja
mulai merasa mantap dengan pekerjaan/karier tertentu. Berkat pergaulan
yang lebih luas dan kesadaran diri yanh lebih mendalam, serta
pengetahuan akan duni kerja yang lebih luas, maka remaja makin terarah
pada karier tertentu meskipun belum mengambil keputusan final. Akhirnya,
pada sub tahap spesifikasi remaja sudah mampu mengambil keputusan yang
jelas tenteng karier yang akan dipilihny
Dalam buku revisinya Ginzberg dkk (1972)
menegaskan bahwa proses pilihan karier itu terjadi sepanjang hidup
manusia, artinya bahwa suatu ketika dimungkinkan orang berubah pikiran.
Hal ini berarti bahwa pilihan karier tidaklah terjadi sekali saja dalam
hidup manusia. Disamping itu Ginzberg juga menyadari peluang/kesempatan
memegang peranan penting. Meskipun seorang remaja sudah menentukan
pilihan kariernya berdasarkan minat, bakat, dan nilai yang ia yakini,
tetapi kalau peluang/kesempatan untuk bekerja dalam bidang itu tertutup
karena ‘tidak ada lowongan”, maka karier yang dicita-citakan akhirnya
tidak biasa terwujud.
Tokoh lain yang banyak membahas masalah
perkembangan karier adalah Donal Super. Ia menulis banyak buku yang
berkaitan dengan perkembangan karier. Beberapa diantaranya adalah; The
Psychology of career (1957), dan Career and live development (1984). Ia
juga menyusun beberapa tes untuk menilai tingkat kematangan vokasional,
a.l: Carrar development Inventory, Career maturity test, dan Vocational
maturity test.
Menurut Super perkembangan karier manusia dibagi menjadi 5 (lima) fase, yaitu
1) Fase pengembangan (growth) yang
meliputi masa kecil sampai usia 15 tahun. Dalam fase ini anak
mengembangkan bakat-bakat, minat kebutuhan, dan potensi yang akhirnya
dipadukan dalam struktur konsep diri (self-consept structure)
2) Fase eksplorasi (exsploration) antara
umur 16-24 tahun, dimana saat ini remaja mulai memikirkan beberapa
alternative pekerjaan tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat.
3) Fase pemantaban (establishment),
antara umur 25-44 tahun. Pada fase ini remaja sudah memilih karier
tertentu dan mendapatkan berbagai pengalaman positif maupun negative
dari pekerjaanya. Dengan pengalaman yang diperoleh ia lalu bisa
menentukan apakah ia akan terus dengan karier yang telah ia jalani atau
berubah haluan.
4) Fase pembinaan (maintenance) antara
umur 44-65 tahun, dimana orang sudah mantab dengan pekerjaanya dan
memeliharanya agar dia bertekun samapi akhir.
5) Fase kemunduran (decline), masa
sesudah pensiun atau melepas jabatan tertentu. Dalam fase ini orang
membebaskan diri dari dunia kerja formal.
Paparan dua tokoh diatas, Ginzberg dan
Donal Super, memberi petunjuk yang jelas bagi kita bahwa karier adalah
permasalahn sepanjang hidup. Maka ada pepatah mengatakan bahwa karier
itu merupakan persoalan sejak lahir sampai mati “from the birth unto
death” atau “from the womb to tomb” (dari kandungan sampai kuburan).
Sekarang sampailah pada persoalan pokok, yakni membantu anak-anak untuk
sejak dini merencanakan karier mereka di masa depan.